Rabu, 24 Desember 2014

SALAM

SALAM

Ucap salam sesama kawan
Merupakan anjuran sunah nabi
Baik dikala malam  maupun siang
Ataupun dikala pagi maupun petang
Jangan lupa ucapkan salam
Karena salam  adalah doa jua
Menjadi kuat, hebat,sejahtera
Ucapkan salam sesama teman
Merupakan obat penawar rindu
Tatkala jarang bertemu
Salam  memadai Ia jua
 Ucapkan salam setiap waktu

Salam membuat senyum selalu

Gubuk Desa

“Gubuk Desa”

Aku akan selalu ingat simerah gubuk desa
Walau sakit darah keluar tiada apa
Aku akan bertahan hidup tuk sidia
Walau pahit terasa didalam dada
Oh mengapa aku…
Selalu berharap siang malam
Apakah dikau mati diam tiada iba
Apakah dikau tega rasa
Ku disini tetap bersahaja
Menunggu datang, menunggumu pulang,
Oh mengapa aku…
Selalu berdoa teteskan air mata

Meski keluar bak keringat tukang bola

BungaKu

Bungaku

Petang hari menjelang malam kuberjalan didepan rumahmu
Prek…prek…prek…gerak telapak langkah kakiku
Kumelihat,  melirik, memandang wahai bungaku
Oh, bungaku…!
Apakah bunga nan indah sudah beterbangan ataukah masih terpaku
Oh, bungaku…!
Indah, cantik, menawan bagaikan bulan  terang menjadi sinar bak bola lampu
Oh, bungaku…!
Pertanda hatiku sudah tak karuan ingin melihat wajahmu
Oh, bungaku…!
Ku tetap berusaha sekeras tenaga tanpa lelah, letih, lesu…
Walau angin kencan menghantam, menerkam, menerjang ku tetap terus maju

Oh, bungaku…!!!

sinar

SINAR
Pagi dikala matahari naik keangkasa
Menyinari semua yang ada
Dibumi, dilaut, dihutan, dan dimana-mana
Aku merasa sinar segala-galanya
Menghidupkan, mematikan bahkan aneh membingungkan
Tak sedikit sekali bertanya-tanya
Siapakah sinar itu ?
Dimana dia berada, berasal ?
Akupun tak berdaya mengayun lidah
Untuk berkata-kata apa dan bagaimana
Hanya tersirat dibenak adalah

Sinar

"LAPTOP BARU”




  1. Hari demi hari ku tertepi menyendiri
    Melihat sanak saudara bergembira
    Bercanda ria jari tangan bergoyang , berdansa
    Diatas punggung laptop itulah keybord namanya
    Kucoba meminta hatiku berkata
    Malu ah aku, mana mungkin dia memberi
    Terdengar ditelinga harga melambung tinggi
    Pasti gak berani, sungguh tak berani
    Hari demi hari mulai bekerja
    Mencari uang disana sini tiada henti
    Untuk mencapai tujuan dan harapan yang tinggi
    Membeli laptop dikemudian hari
    Sepuluh ribu, dua puluh ribu
    Uangku kumpul uangku tabung
    Terkadang tak makan, perut lapar tak minum
    Terasa kenyang demi laptop yang ku impi
    Satu, dua, tiga bulan kemudian
    Tabungan sudah terisi penuh
    Akhiri sudah penantian selama ini

    Miliki laptop baru yang ku impi

“LANGIT MENANGIS”

“LANGIT MENANGIS”




Siapa sangka rumah tak bertiang
Mencurahkan isi hati paling dalam
Tak satupun mendengar, mengerti
Dalam gemuruh bersamaan dimana-mana
Bukankah isyarat dalam buaian
Kegelisahan juga
Menunggu perubahan
Mulai bertanya dan lagi bertanya
Akankah terjadi perubahan nanti
Tak satupun menjawab diam membisu
Mata melotot terlipat
Ditambah kekerasan berujung tanpa hasil

Rabu, 17 Desember 2014

Mati dikolam karet

MALAM yang mengerikan terjadi kisah aneh mati dikolam karet disebuah kampung tak jauh dari kampungku. Kampung tersebut biasanya disebut kampung Rakit Tawar orang yang meninggal adalah seorang tukang buruh bangunan bernama Mas Kandhi sama seperti aku. Sepuluh tahun yang lalu aku baru pulang dari perantauan dinegeri orang mencari makan banting tulang menguras tenaga untuk kebutuhan rumah tanggaku. Setelah nan kian lama aku pergi jauh semua orang – orang yang kutinggal istri, anak, ibu, bapak dan saudara/I sekeluarga dan teman dekatku dan tetanggaku kini sudah berjumpa kembali betapa bahagianya hatiku.

Malam pertamaku tiba dikampung asal semua orang menyambut ku betapa tidak melihat lama sepuluh tahun menghilang jejak menginjak kaki ditanah orang. Namaku adalah Abdul bekerja sebagai buruh bangunan orang – orang memanggilku dengan Bang Doe. Malam yang begitu sunyi sepi kuiringi dengan nyayian secangkil kopi ku duduk sendiri dibawah pohon kenari melihat bintang – bintang berseri mengingat kisahku dinegeri yang tidak kehendaki. Pagi pertama ku mulai merasakan kehidupan baru dikampung lama ku berasal. Anak – anakku masih tidur nyenyak dan istri sedang mempersiapkan untuk sarapan pagi.

Kemudian istriku membangunkan anak-anak, menyuh mandi untuk pergi kesekolah.
“Ma, sabun mana? Ma” Tanya anakku yang masih berumur 10 tahun

“Ma, baju seragamku mana? Ma” Tanya anakku yang nomor Satu

“Iya,iya mama ambil sekarang” jawabku istriku.

“Ma, Papa pergi kerja dulu iya”. Iya, Pa” iya pa sambil mencium tanganku.

 Pukul 08.30 teng. Aku langsung berangkat kerja yang tidak jauh dengan rumahku tinggal. Setiba ditempat kerja aku langsung disambut teman-teman.

“Hallo bang Doe, apa kabar?” “Sudah lama kita tidak berjumpa ,

” Setelah bertahun-tahun kamu bang sudah berubah iya, mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki “ kata andhi teman kerjaku dengan canda.

“Bagaimana kerja disana bang?”, “Alhamdulillah...biasa – biasa saja!.

”Kenapa abang tidak kerja lagi disana padahal disana enak kerja iyakan bang”.

“Hehe...aku tertawa mendengarnya.

“Mas kandhi dimana sekarang dia kerja bang?, Tanyaku sambil mata melirik kiri kanan

“Mas kandhi yang mana, bang? Tanya dia padaku.

“alah kamu pakek gak kenal lagi. “Betul bang, saya tidak ingat lagi Mas Kandhi yang mana tuh? Tanya nya lagi.